Termakasih Telah Berkunjung Ke Media Online Harian Visual

Pokdakan Memerlukan Regulasi Yang Mengatur Lalu-lintas Perikanan

Harianvisual. Com | Dede Niko Ketua Pokdakan (Kelompok Budidaya Ikan) Mina Berkah Mulya, RW 06 Kelurahan Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang saat ditemui Visual Sabtu, di tempat kegiatannya, menyampaikan keluhan selama 1 tahun perjalanan kelompoknya berdiri, sudah banyak kendala yang dihadapi, atas kurangnya perhatian dari Dinas terkait.
Dikatakan oleh Dede Niko, untuk kami sendiri , berkecimpung didalam budidaya ikan ( mandiri ) sudah dari tahun 2015

Dengan pengalaman saya menggeluti bidang perikanan, dan dirasa saya mampu untuk memberdayakan rekan-rekan, disitulah saya berinisiatif membentuk kelompok budidaya ikan, hanya saja setelah terbentuk kelompok dan berjalan 1 tahun, kendala yang kami hadapi, fasilitas pendukung tidak ada, seperti adanya sumur bor disaat musim kemarau ,  guna mengisi kolam yang ada, ujar Dede
Pengairan di daerah RW 06 tidaklah begitu normal, apalagi setelah banyak bermunculan bangunan-bangunan berdiri  berdampak kepada resapan air , diperparah aliran sungai berada dibawah, sehingga masyarakat pelaku budidaya ikan  kesulitan mendapatkan air, guna mengisi kolam ikanagar tetap terairi air.

Selaku ketua Pokdakan, Dede Niko, kritis dalam kondisi semacam ini, kelompoknya tidak berharap dalam kondisi krisis air, kelompok ini, berhenti dan tidak memproduksi ikan, pemerintah maupun dinas terkait kurang begitu memperhatikan kondisi Pokdakan, mungkin ini salah satu suara dari Pokdakan yang mewakili Pokdakan-Pokdakan yang berada di Kota Tasikmalaya, dengan keluhan yang serupa.

Sumur-sumur sudah tidak ada, aliran sungai sudah banyak terkontaminasi , sehingga tidak sehat untuk budidaya ikan, untuk tetap berjalan kelompok ikan ini , satu-satunya solusi harus membuat sumur air dalam, paparnya

BBI Tidak Memproduksi Benih Gurame
 untuk masalah benih bukan sebuah kendala, malah benih kami dapatkan dari  rekan-rekan kelompok lain , baik itu dari Ciamis,Kota maupun Kab.Tasikmalaya, benih yang kami dapat bukan dari BBI(Balai Benih IKan),

Adapun masalah pemasaran Alhamdulillah tidak ada kendala, yang menjadi kendala fasilitas untuk mengairi kolam , hal ini berdampak kepada produksi perikanan kelompok ini, pengalaman saya, dulu pernah mengirim ikan ke Cirata, sampai sekarang kami suka bingung dikala ada permintaan dari Cirata, yang membutuhkan benih ikan , disebabkan produksi kami tersendat ,  sekalinya pihak Cirata meminta dikirim benih 2 puluh ribu sampai 3 puluh ribu ekor

Pihak kami tidak bisa melayani, terkendala kolam tidak terisi air dengan normal.
Untuk mendapatkan benih dari BBI, khususnya gurame, sangat sulit mendaptkannya, dan memang tidak ada, tetap saja kami mendapatkan benih ikan dari sesama petani ikan, kecuali BBI milik Pemprov Jabar yang di Singaparna untuk benih ikan gurame produksi.

Kurangnya perhatian dari dinas terkait, atas ketersediannya benih ikan dan indukan, hal ini menjadi batu sandungan bagi petani mandiri maupun Pokdakan, dari segi peralatan, edukasi, penyuluhan yang mengarah keberhasilan para Pokdakan, membicarakan pemecahan kendala yang dihadapi kelompok, semua ini nyaris jarang dilakukan oleh dinas terkait kepada kelompok ikan , disamping perhatian , kelompok yang ada di Kota Tasikmalaya memerlukan regulasi, regulasi yang mengatur lalu-lintas budidaya ikan  

sehingga ada kesinambungan antara petani , pemerintah , pasar , bila regulasi ini ada, dilapangan tidak akan terjadi bentrokan harga, maupun penyaluran ikan kepasaran. Yang selama ini yang mengatur lalu-lintas perdagangan ikan adalah tengkulak, kesejahteraan bagi para petani mandiri, maupun petani kelompok belum dirasakan, papar Dede ( Visual Kota Tasikmalaya / YDP )